Sosok Pahlawan di Patung-Patung Kota
LAZIM ditemui di banyak kota
di tanah air, terdapat patung pahlawan yang berdiri kokoh di lokasi-lokasi
strategis di penjuru kota .
Kehadiran patung pahlawan ini tentu disamping sebagai spot untuk memperindah kota , juga punya makna
jauh lebih besar yakni sebagai sebuah penghargaan bagi jasa besar para pahlawan
yang diabadikan dalam bentuk patung. Lebih jauh, kehadiran patung tersebut juga
mampu menjadi identitas sebuah kota .
-------
Termasuk di Kota Denpasar, yang memang dikenal punya sejarah
panjang sebagai kota
yang telah ada sejak zaman pemerintahan kolonial, bahkan jauh sebelum itu meski
belum bernama Denpasar. Masuk Denpasar dari utara, di persimpangan Jalan Gatot
Subroto dan Cokroaminoto, berdiri patung Mayor I Gusti Bagus Sugianyar. Patung
ini dibangun pada 4 Agustus 1994. Lalu, ada patung Kapten Cokorda Agung Tresna
di persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Nangka, dibangun pada 31 Desember 1993.
Sementara itu, patung Letnan Ida Bagus Putu Djapa, dibangun
20 November 1996, terletak di persimpangan Jalan Raya Puputan dan Hayam Wuruk. Di
jantung Kota Denpasar, berdiri patung Perang Puputan Badung, dengan visualisasi
pejuang laki-perempuan Bali yang menghunus
keris dan membawa tombak. Patung ini dibangun pada 20 September 1979,
bertepatan dengan perayaan peringatan ke-73 tahun Perang Puputan Badung.
Di bundaran Renon, yang merupakan kawasan pusat pemerintahan
Provinsi Bali, berdiri tegak patung Ida Bagus Japa atau yang lebih dikenal
dengan nama Kapten Japa. Sosok ini merupakan salah satu pejuang Kota Denpasar
yang tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa Serangan Umum Kota Denpasar yang
berkecamuk pada 11 April 1946. Sang kapten yang dikenal berani, tegas namun
humoris ini harus wafat terkena berondongan peluru NICA di tangsi Kayumas pada
hari bersejarah tersebut.
Sejarah Denpasar
Tahun 2010 dan 2011, Kota Denpasar telah menyelesaikan dua
patung pahlawan. Untuk 2010, ada patung Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda
Mantuk Ring Rana yang dibangun di persimpangan Jalan Nangka-Jalan Patimura,
Denpasar. Sedangkan pada 2011, ada patung Ida Cokorda Pemecutan IX di depan
Puri Pemecutan, Denpasar. Kedua patung ini memperindah wajah kota sekaligus mengingatkan kembali
perjuangan yang dilakukan kedua pentolan puri yang ada di Denpasar.
Kepala Bidang Pengendalian dan Penataan Kota, DTRP Kota
Denpasar, Dewa Made Wesnawa Wedagama mengatakan, pembuatan patung kedua
tokoh puri ini tidak terlepas dari sejarah yang terjadi di Kota Denpasar.
Khusus untuk patung Ida Cokorda Pemecutan IX, menurutnya, menghabiskan dana
mencapai Rp 1 miliar lebih.
Wesnawa menjelaskan, anggaran pembuatan patung tersebut
diambil dari APBD induk tahun 2011. “Dana tersebut terdiri dari pengerjaan
penataan patung yang mencapai Rp 683 juta lebih dan pekerjaan penataan
persimpangan sebesar Rp 234 juta,” jelasnya.
Kedua bagian ini dikerjakan bersamaan, namun di tempat yang
berbeda. Patung dibuat di Jogjakarta
oleh seniman pematung I Nyoman Alim Mustapha. Sedangkan tempat patung dibuat di
lokasi pemasangan patung, perempatan Jalan Hasanuddin-Imam Bonjol, Denpasar. Tempat
patung berukuran 5 x 7 meter dengan tinggi 4,75 meter. Patungnya memiliki
tinggi 4,3 meter, berbahan perunggu.
Patung tersebut terdiri dari empat prajurit yang menandu Ida
Cokorda Pemecutan IX yang ada di atasnya. Total ada lima patung yang diletakkan di depan Puri
Pemecutan ini. Sebenarnya, menurut rencana sebelumnya, istri dari Ida Cokorda
Pemecutan IX juga akan dibuat mendampingi raja ini. Hanya saja, karena tempat
patung yang tidak pas, maka rencana itu diurungkan
Lebih Awal
Sedangkan patung Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Mantuk
Ring Rana dibuat lebih awal dengan tinggi patung sekitar 3 meter. Ukuran patung
ini menurutnya sekitar 2 kali ukuran aslinya. Patung tersebut dibuat menggunakan
anggaran APBD induk tahun 2010 sebesar Rp 700 juta lebih. Petung ini juga
berbahan perunggu. Pemilihan material perunggu ini disebabkan lebih tahan cuaca
dan bebas perawatan. Diklaim bahwa patung dengan bahan perunggu sudah terbukti
bisa bertahan hingga puluhan tahun.
Pemilihan kedua tokoh puri ini, tidak terlepas dari wilayah
kedua patung itu berada. Ida Cokorda Pemecutan IX yang berada di depan Puri
Pemecutan dan Gusti Ngurah Made Agung yang berada di wilayah kekuasaan Puri
Satria pada zaman dahulu. Sedangkan untuk perwajahan dan bentuk patung semuanya
berasal dari puri masing-masing.
Wesnawa menuturkan, untuk pembangunan patung dirasakan
lebih mudah dibandingkan saat merencanakan bentuk dari patung tersebut.
Pasalnya, patung-patung tersebut harus benar-benar menggambarkan tokohnya.
Untuk itu diperlukan masukan dari orang terdekat yang bisa menggambarkan sosok
kedua pahlawan ini. Guna bisa menentukan bentuk dari patung, diperlukan
kesepakatan dari semua pihak, baik dari pakaian, pose dan wajahnya. “Banyak
sekali usulan dan itu harus dirembug kembali dan diperlukan kesepakatan dari
semua pihak,” jelasnya.
Patung Ngurah Rai
Sebagai Ikon
BICARA soal patung di Bali ,
khusus untuk mengenang jasa prajurit gagah berani I Gusti Ngurah Rai, dibuatkan
patung di daerah Tuban, dekat Bandara Ngurah Rai. Bagi masyarakat Bali , I Gusti Ngurah Rai adalah sosok pahlawan nasional
yang gagah berani. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, santun, cerdas, ramah,
dapat menerima masukan, memiliki kearifan serta
religius. Personifikasi itulah yang diwujudkan ke dalam patung
yang menghabiskan biaya sekitar Rp 1, 17 miliar tersebut.
Keberadaan patung yang berdiri gagah tersebut dalam
perjalanannya dianggap menjadi ikon baru bandara internasional tersebut terlebih
Bandara Internasional Ngurah Rai merupakan gerbang utama turis domestik dan
internasional untuk menikmati keindahan Pulau Bali. Oleh karena itu,
keberadaan patung pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai ini akan
menjadi sarana untuk mengkomunikasikan keberadaan Bandara Ngurah Rai ke
mancanegara.
Patung yang terbuat dari perunggu ini memiliki tinggi
asli 8 meter, namun setelah dipasang maka tinggi keseluruhan patung mencapai
19,4 meter. Ikon baru ini dikerjakan selama 5 bulan sejak 5
Desember 2008 hingga 14 April 2009, melalui dua tahap. Tahap pertama
yaitu konstruksi, pembuatan model, pembuatan cetak negatif dan model positif
dari bahan fiber. Sedangkan tahap dua yaitu proeses pengecoran perunggu.
Patung ini merupakan salah satu karya terbaik dari para perajin Bali yang
dibantu oleh beberapa seniman Yogyakarta .
Comments
Post a Comment