Taman Puja Bangsa (TPB) Margarana
PERISTIWA Puputan
Margarana selalu tertanam di hati segenap masyarakat Bali.
Pada peristiwa 20 November 1946 itu, sebanyak 96 orang pasukan pimpinan I Gusti
Ngurah Rai menghadapi pertempuran yang tidak seimbang melawan tentara Belanda dalam
pertempuran di Subak Umakahang, Desa Marga. Akhirnya, para pasukan termasuk
sang komandan, gugur karena serangan udara yang dahsyat dari pihak lawan. Peristiwa
heroik tersebut merupakan cerminan dari kesediaan anak bangsa yang berani
berkorban nyawa menghadapi penjajah serta mempertahankan negara yang baru saja
didirikan.
--------
Guna mengenang
serta menghormati jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur itu, maka dibangunlah
sebuah taman makam pahlawan di lokasi terjadinya perang yang disebut juga
perang puputan atau perang
habis-habisan tersebut. Namanya Taman Puja Bangsa (TPB) Margarana, terletak di
Desa Marga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Jarak tempuh ke lokasi ini dari
Kota Denpasar kira-kira 27 km dan sekitar 70 menit perjalanan dari Bandara
Ngurah Rai bila menggunakan kendaraan bermotor.
Gagasan untuk
mendirikan TPB Margarana ini timbul pada 1953 melalui pikiran seorang tokoh
Veteran Pejuang Kemerdekaan RI bernama I Nengah Wirtha Tamu yang lebih akrab
dipanggil Pak Tjilik. Ide awalnya berupa suatu candi, yang menurut
pertimbangannya, candi merupakan hasil budaya nenek moyang bangsa Indonesia pada zaman dahulu, menggambarkan
kemegahan dan kebesaran jiwa bangsa Indonesia. Guna mengagungkan jiwa
para pahlawan, amat relevan bila diwujudkan dalam bentuk candi.
Peninjauan awal
ke lokasinya dilakukan pada 1950. Lantas, perencanaan dan persiapan pembangunan
Candi Pahlawan Margarana diadakan pada 1953. Rancangan atau desain candi itu merupakan
buah sketsa dari IB Kalem, yang memenangkan sayembara, di mana ide serta
penjiwaannya merupakan hasil pemikiran Pak Tjilik. Kemudian peletakan batu
pertamanya dilakukan pada 15 Mei 1954 dan diresmikan pada 20 November 1954,
bertepatan dengan Hari Puputan Margarana ke-7. Belakangan, berdirinya bangunan
candi ini disusul bangunan-bangunan lainnya.
Daftar Pahlawan
TPB Margarana
berada di area seluas 9 hektar dan berkonsep Tri Mandala. Sebelum masuk area
taman, terdapat daftar nama-nama pahlawan anggota pasukan Ciung Wanara yang
gugur. Tidak jauh dari pintu masuk terdapat Patung Panca Bhakti yang
menggambarkan persatuan dan kesatuan seluruh rakyat dalam perjuangan
kemerdekaan, digambarkan dengan 5 buah patung pejuang terdiri atas pemuda,
buruh, alim ulama, tani, dan wanita yang tengah bergerilya. Setelah ‘disambut’
dengan Patung Panca Bhakti, jalan pedestrian yang mengelilingi pelataran akan
membawa pengunjung menuju Taman Suci, Gedung Bersejarah, Taman Makam Pahlawan,
sampai pada Candi Pahlawan Margarana yang merupakan bagian utama dari seluruh
areal ini.
Di dalam areal
taman berdiri megah setinggi 17 meter Candi Pahlawan Margarana, pada tugu atau
candi tersebut terdapat foto I Gusti Ngurah Rai dan surat
balasannya kepada Overste Termeulen (Belanda) yang terpahat secara berangkai
pada lima sisi
candi. Konon, lokasi berdirinya candi tersebut merupakan tempat gugurnya I
Gusti Ngurah Rai pada peristiwa Puputan Margarana tersebut. Ia gugur di tempat
ini dalam usia 29 tahun bersama pasukannya dan seluruh abu jenazah para
pahlawan bangsa tersebut dimakamkan di sini.
Proklamasi
Kemerdekaan, 17 Agustus 1945 tercakup dalam sejumlah simbol di tugu ini. Tinggi
tunggu dibuat 17 meter, lalu jumlah meru atau tumpukan tugu 8 (bulan ke-8),
jumlah anak tangga 4 buah, dan tugu bersegi 5. Pada sisi-sisi tugu terdapat
potongan surat
yang dikirim oleh I Gusti Ngurah Rai kepada NICA berisi penolakan perintah
untuk tunduk pada NICA. Wantilan cukup luas mengapit lapangan, tepat di depan
tugu.
Hamparan Nisan
Setelah melewati
jalan di belakang tugu, pengunjung akan mendapatkan hamparan nisan para
pahlawan dari seluruh Bali. Lokasi ini disebut
juga Taman Bahagia, terdiri dari 1.372 buah nisan dari pejuang yang gugur
selama revolusi fisik di Bali, termasuk nisan
dari I Gusti Ngurah Rai sang pimpinan pasukan. Secara rinci, 1.372 nisan
pahlawan pejuang yang gugur di medan pertempuran tersebut terdiri dari nisan 11
orang bekas tentara Jepang yang memihak Indonesia, 64 orang ALARI, 644 remaja
belum menikah, 652 orang telah berkeluarga, dan sebuah nisan untuk pahlawan tak
dikenal. Nisan berarsitektur simbol agama Hindu, Budha,
Islam, dan Kristen, mencerminkan keyakinan yang dianut para pahlawan itu.
Suasana magis pun menyeruak orang menginjakkan kaki di bagian ini sembari
melewati dan membaca nama-nama para pejuang yang tertera di tiap nisan
tersebut.
Di sisi timur terdapat Gedung Sejarah yang
merupakan museum kecil yang merangkum jejak perjuangan I Gusti Ngurah Rai
seperti persenjataan sederhana pasukannya yang diberi nama pasukan Ciung
Wanara. Pada sisi timur areal taman terdapat museum perjuangan Puputan
Margarana. Seperti museum perjuangan yang lain, di sini terdapat peninggalan
dari para pejuang misalnya senjata tajam dan api, pakaian para pejuang, peta
pertempuran serta alat komunikasi yang dipakai saat perang kemerdekaan. Di
sebelah selatannya ada taman suci, yang merupakan tempat penyucian diri bagi
para pengunjung yang hendak melaksanakan kebaktian atau penziarahan. Ada pula dua buah balai
peristirahatan, masing-masing berdiri di sebelah barat dan timur pelataran
upacara. Sudah menjadi tradisi setiap tanggal 20 November diadakan ziarah ke TPB
Margarana selain kegiatan rutin gerak jalan 45 dan napak tilas yang diikuti
oleh siswa-siswa sekolah menengah.
Cukup Memprihatinkan
Suasana sejuk,
rindang, dan perbukitan di utara menambah asri kawasan monumen ini. Hanya saja
kalau orang ingin memasuki areal jangan dalam keadaan tidak suci alias
berhalangan, seperti sedang datang bulan atau dalam suasana kematian. Para pengunjung pun diharapkan tidak melakukan hal-hal
yang tidak senonoh di areal tersebut. Sementara itu, beberapa fasilitas umum
juga terdapat di TPB Margarana antara lain wantilan atau pendopo, warung
makan/minuman dan toilet, sementara area parkir terdapat di bagian depan taman
ini.
Comments
Post a Comment