Pis Bolong’, Sarana Ritual sampai Kerajinan
KEHIDUPAN keagamaan di Bali
yang sarat akan warisan budaya membuatnya sangat identik dengan berbagai macam
bentuk saran upacara. Salah satunya adalah uang kepeng atau pis bolong yang sejak dahulu telah dipakai
sebagai salah satu pelengkap upacara di Bali.
Diduga, uang kepeng masuk ke Bali sejak abad
ke-7 dimana pada saat itu merupakn era Dinasti T’ang berkuasa di Tiongkok. Uang
kepeng pada saat itu lebih berfungsi sebagai mata uang yang dibawa para
pedagang asal Tiongkok. Kini, uang kepeng lebih banyak dimanfaatkan sebagai
sarana dalam upacara-upacara keagamaan di Bali.
------
Bicara
tentang uang kepeng, Desa Kamasan menjadi nama yang sangat dikenal tak hanya
dalam skala lokal tetapi juga sudah mencakup pasar nasional bahkan juga
internasional sebagai sentra industri uang kepeng di Bali. Industri uang kepeng
UD Kamasan Bali mulai didirikan sejak 2004 dan dikelola oleh I Made Swacita. Workshop Kamasan Bali berlokasi di Br. Jelantik Kori Batu, Desa Tojan, Klungkung. Sedangkan untuk
melihat berbagai produknya dapat dilihat di etalase yang beralamat di Perum
Puri Candra Asri Blok A/17 Jl. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Lima Kekuatan
Menurut Mahayana, salah satu staf marketing UD Kamasan Bali, industri uang kepeng yang tersebut
mulanya didirikan berkat bantuan dana dari program Bali Heritage Trust (BHT) yang
digagas Gubernur Bali pada saat
itu, Dewa Made Beratha, dengan mengeluarkan SK Gubernur No. 68 tahun 2003
mengenai pembentukan BHT, lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara
aspek-aspek kebudayaan Bali serta didukung pula oleh Bank
Dunia.
”Maka
sejak 2004, pada masa pemerintahan Gubernur Bali, Dewa Made Berata dan Bupati
Klungkung I Putu Candra SH, masyarakat Bali akhirnya memiliki mata uang kepeng
sendiri,” ujar Mahayana. Uang kepeng tersebut menurut Mahayana telah mendapat
standar dari pemerintah Bali dan para pemuka
agama karena telah memenuhi syarat sebagai jinah
upakara yadnya.
Hal
ini dikarenakan dalam pembuatannya, uang kepeng produksi UD. Kamasan Bali
menggunakan bahan-bahan yang disebut panca
datu yakni mengandung lima
kekuatan hidup dan dipengaruhi Panca Dewata. Bahan-bahan tersebut yakni besi
yang melambangkan kekuatan Dewa Wisnu (berwarna hitam), perak lambang kekuatan
Dewa Iswara (putih), tembaga lambang kekuatan Dewa Brahma (merah), emas yang
melambangkan kekuatan Dewa Mahadewa (kuning) serta perunggu-kuningan yang
melambangkan kekuatan Dewa Siwa (berwarna-warni).
Keutamaan
dari panca datu adalah karena uang
kepeng ini salah satu fungsi utamanya adalah untuk ditanamkan di sekitar
kompleks pura pada saat upacara keagamaan Hindu Bali, dengan adanya panca
datuyang mewakili setiap penjuru arah mata angin, maka dipercaya akan
mendapatkan keseimbangan.
Berkembang
Pesat
Kebutuhan masyarakat Bali
yang tinggi akan uang kepeng membuat industri ini berkembang dengan pesat.
Selain sebagai sarana upacara, uang kepeng juga banyak dicari sebagai souvenir
bahkan juga ada yang menggunakannya sebagai jimat. Dalam sehari, UD Kamasan
Bali mampu memproduksi sekitar 3.000 hingga 5.000 keping uang kepeng dengan
menghabiskan lebih dari 100 kg bahan. Alhasil, bahan bakunya pun banyak yang
didatangkan dari luar Bali karena ketersediaan bahan baku
yang terbatas di Bali.
Huruf pada bagian depan uang kepeng tertulis panca aksara (sa, ba, ta, a) dan pada bagian belakang tertulis dwi aksara (ang, ah) yang melambangkan konsep rwa bhineda, purusa-predana
dan akasa-pretiwi. Sedangkan bunga
padma berkelopak delapan helai pada uang kepeng melambangkan sembilan dewata, Dewata Nawa Sanga. Lubang di tengah
sebagai pusat perputaran. Selain itu juga diproduksi uang kepeng dengan gambar
tertentu seperti Jinah Arjuna, Jinah Anoman, Jinah Semara Ratih, dan lain-lain.
Tidak cukup dengan uang kepeng kecil, UD Kamasan Bali
juga membuat uang kepeng yang paling besar. Hal ini terwujud ketika tahun 2007,
UD Kamasan Bali tercatat membuat uang kepeng berdiameter 77 cm, tebal 1,5 cm
dengan berat 50 kg, terbesar menurut Museum Rekor Indonesia (Muri). Uang kepeng
tersebut setara dengan 11.335 uang kepeng biasa.
Produk Lain
Selain mencetak uang kepeng biasa, untuk
menganekaragamkan produknya, UD Kamasan
Bali juga memproduksi berbagai produk lain yang juga merupakan perlengkapan
upacara/upakara dan dibuat dengan merangkai atau menganyam uang kepeng dalam
jumlah tertentu. Contohnya antara lain plangkiran,
berbagai jenis patung, tamiang, lamak, daksina linggih, lumbung arta, gedung arta, bale sampir dan
lain-lain. “Sejak tahun 2010 kami juga memproduksi perlengkapan upacara yang
dibuat dengan teknik cor seperti patung cor, keris, tombak dan bajra,” tutur Mahayana.
Comments
Post a Comment