Secangkir Kopi Luwak, Cerita Sensasi Nikmat

  MENIKMATI secangkir kopi sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup sebagian besar warga dunia. Bagi para ‘pecandu’-nya, dirasa ada yang kurang jika tidak mengawali atau mengisi hari dengan minum kopi. Tak heran permintaan akan kopi selalu berada dalam jumlah yang luar biasa tiap tahunnya. Kopi menjadi komoditi yang memiliki nilai tinggi.





Menyeruput kopi tak sekadar merasakan rasanya yang gurih dan agak pahit, namun juga bicara aroma yang begitu menggoda saat cangkir mendekat ke bibir dan tercium oleh hidung. Ditambah, sensasi menyegarkan dari efek kandungan kafein yang bagi sebagian orang mampu menjadi ‘doping’ sebelum menjalankan aktivitas sehari-hari.

Beragam jenis kopi bisa ditemui kini, baik yang berbeda dari varietasnya maupun pengelompokan berdasarkan kawasan dimana tumbuhan kopi itu ditanam. Namun belakangan, kopi khas Indonesia yakni kopi luwak seperti mendapatkan atensi besar dari para penggemar kopi di seluruh dunia. Bukan hanya sekadar prosesnya yang unik, tapi kopi luwak dirasakan memiliki rasa dan aroma yang luar biasa dan belum pernah dirasakan dari kopi jenis apapun sebelumnya.

Termahal di Dunia
Kopi termahal di dunia, begitulah gelar yang disematkan pada kopi yang diambil dari sisa-sisa kotoran luwak yang merupakan hewan sejenis musang dengan nama latin Paradoxurus hermaphroditus itu. Hewan omnivora ini punya kebiasaan unik yakni hanya menyantap buah kopi dengan kematangan optimal sebelum akhirnya mengeluarkan sisa makanannya tersebut berupa biji, tanpa daging buah dan kulitnya lagi. Biji hasil ‘olahan’ perut luwak inilah yang akhirnya dibersihkan, disangrai dan ditumbuk untuk menjadi kopi bubuk.
 
Cerita tentang kopi luwak sebenarnya cukup miris karena pada zaman penjajahan Belanda, terutama pada masa berlakunya cultuur stelsel atau tanam paksa, para petani dipaksa untuk menanam kopi di kebunnya namun dilarang untuk mengkonsumsi kopi hasil panennya. Alhasil, para pekerja perkebunan terpaksa memunguti biji-biji kopi yang tersisa dari kotoran luwak. Siapa nyana, kopi ‘buangan’ ini justru punya citarasa yang jauh lebih nikmat.

Kekuatan rasa dan aroma kopi ini diyakini berasal dari biji kopi terbaik seleksi sang luwak dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak melalui enzim-enzim khusus. Enzim di pencernaan luwak juga mampu menurunkan kadar asam pada kopi sehingga menjadi lebih nyaman di lambung, bahkan bagi penderita maag sekalipun.  Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda.

Zaman Kolonial
Oleh karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial. Setelah sebelumnya hanya beredar secara terbatas, akhirnya kopi luwak mencapai puncak kepopulerannya beberapa tahun belakangan. Salah satu pemicunya, kopi luwak muncul di acara Oprah Winfrey Show dan yang paling anyar adalah aktor kenamaan Jack Nicholson yang selalu minum kopi luwak dalam film The Bucket List (2008) bersama aktor Morgan Freeman. Mulai saat itu, banyak orang yang mencari kopi luwak asli Indonesia.
 
Nilai yang tinggi plus menjadi buruan konsumen tak pelak menjadi durian runtuh bagi para petani kopi terlebih mereka yang di kebunnya dihuni hewan malam ini. Alhasil, hewan yang tadinya sering dianggap sebagai tersangka utama hilangnya ayam ini, jadi primadona yang sangat disayangi dan diperhatikan, bahkan tak jarang ditangkarkan secara khusus. Hanya saja, citarasa kopi luwak yang berasal dari luwak liar yang hidup dalam ekosistem alami tetap dirasa sebagai kopi dengan kualitas terbaik. Kopi luwak hasil dari binatang luwak yang ditangkarkan disebut berkualiats tidak begitu baik karena sang luwak menjadi stres ketika dikandangkan.

Terlepas dari segala kemasyurannya, beberapa kontroversi juga mengiringi kondangnya nama kopi luwak mulai dari asal muasalnya yang berasal dari feses hingga anggapan bahwa para produsen (tidak semua tentunya) melakukan eksploitasi hewan luwak dalam proses penangkarannya. Meskipun belakangan diketahui isu pelanggaran hak binatang tersebut lebih bersifat persaingan dagang. Saat ini kopi luwak Indonesia menjadi brand yang dikenal dan laku di pasaran ekspor. Sehingga hal itu memukul industri kopi selain kopi luwak. Namun isu-isu ini nyatanya tak menyurutkan niat para penggemar kopi untuk menikmati seduhan nikmat dari secangkir kopi luwak. 

Comments

Popular Posts