Ngopi, Antara Tradisi dan Gaya Hidup



AGAKNYA  gaya hidup minum kopi di Indonesia sedang naik daun. Di kota-kota besar telah berdiri kedai-kedai kopi dan banyak di antara mereka yang mengandalkan kopi asli Indonesia.
Peningkatan konsumsi kopi di Tanah Air tahun terakhir tercatat 30 %, dan trennya kian meningkat.  Posisi pada  tahun 2010 tingkat konsumsi kopi di Indonesia  baru sekitar  800 kg/ perkapita/tahun, berarti saat ini telah meningkat menjadi rata-rata 60-70 %.
Sejumlah analisis menghubungkan fenomena itu dengan liputan media, khususnya di  luar negeri yang heboh soal kopi luwak dan mengagungkan kenikmatan kopi asal Indonesia. Terlebih,  soal kopi luwak yang menggegerkan pasar kopi internasional sebagai kopi termahal di dunia. 
Kedai kopi  sejatinya merupakan ‘budaya’ lama yang sudah mengakar di masyarakat di berbagai daerah di Tanah Air. Tapi, tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia 1,2 kg/perkapita/ pertahun, ternyata masih jauh dibanding sejumlah negara seperti Jepang, Belgia, filandia, dan Amerika.

Asal-usul
Tapi di tangan anak-anak muda kreatif, budaya warung kopi sebagai tempat untuk ngobrol ngalur ngidul ditemani secangkir kopi ini disulap menajdi tempat yang lebih modern, kreatif atau ‘gaul’ dalam istilah kini.Kedai kopi gaul tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas penting masa kini seperti sambungan internet.
Meskipun bergeser secara fisik dan juga pangsa pasarnya, nyatanya kedai kopi, cafe, atau apapun namanya terebut tetap pada fungsi aslinya, tempat kongkow dan nongkrong bersama kawan, ditemani kopi dan makanan kecil lain.
Indonesia punya sejarah panjang terkait minuman beraroma khas ini. Asl-usulnya sejak abad ke 17, kopi terutama jenis arabika sudah dibudidayakan di nusantara. Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar – India.
Bibit kopi tersebut kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan kawasan Pondok Kopi - Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua disapu banjir.
Pada  tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.

‘Secangkir Jawa’

Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780. Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “secangkir Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19, Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876.  Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan laut,  dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat. 
Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di  dataran tinggi ijen (Jawa Timur) , Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan ( Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Sejak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kini, Sebagian besar bulir-bulir kopi dari penjuru Indonesia ternyata diekspor ke luar negeri. Indonesia pun ternyata ada di posisi tiga besar produsen kopi dunia. 

Beberapa Jenis Kopi Indonesia

1. Kopi Aceh Gayo

Sesuai namanya, Gayo ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, terutama di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Kopi Gayo sudah dikenal lama di dunia kopi karena dikembangkan sejak tahun 1908 dan salah satu perkebunan kopi arabica terluas di Asia (81.000 hektar). Mau mencicipi? Kopi Gayo banyak tersebar di kedai-kedai kopi baik dalam maupun luar negeri.


2. Kopi Mandailing dan Lintong
Kopi dari Sumatera Utara ini ciri khasnya adalah body (badan) kopi yang tebal–salah satu karakter kopi yang dicari tukang seruput kopi. Tampaknya mereka butuh “ditampar” oleh ‘body’ kopi Mandailing yang mantap.

3. Kopi Jawa atau Java coffee
Namanya sungguh terkenal untuk kopi, sehingga sebuah perangkat lunak pun dinamai penemunya sebagai Java. Ya, sang penemu software suka menyeruput kopi Jawa saat bekerja. Mulai dari Jawa Barat hingga Timur, kita bisa temui si “Java” ini. Rasanya? Seruput sendiri dan rasakan enaknya!

4. Kopi Bali,  Kintamani
Kopi produk asal  Bali  ini pun terkenal karena keunikannya: keasaman (acidity), rasa lemon serta aroma bunga. Sekitar 13.800 ton kopi dihasilkan oleh Bali setiap tahunnya, dan mayoritas bisa menembus pasar Eropa dan Amerika.

5. Kopi Flores,  Bajawa
Flores adalah salah satu daerah penghasil kopi arabica yang utama, walaupun tak terlalu besar. Uniknya, kopi arabica di daerah ini dibawa oleh orang Portugal (era jajahan Portugis). Hampir seluruh kopi Flores Bajawa adalah organik. Selain dikonsumsi di dalam negeri, kopi ini banyak diekspor ke Amerika Serikat.

6. Kopi Toraja
Salah satu kopi dari Sulawesi Selatan, yang sedang naik daun karena kadar kemanisan (sweetness)-nya. Kopi Toraja Sapan pernah memanen harga US$450 per kilogram pada saat lelang tahun 2012, sebagai pengakuan terhadap kehebatan dan kesegaran rasanya.
Jangan takut, kunjungi kedai kopi atau supermarket terdekat, kopi jenis ini pasti tersedia.

7. Kopi Papua
Salah satu daerah penghasil kopi yang unik, karena kabarnya tak ada perkebunan kopi di sana. Kopi ditanam sporadis, organik, dan tradisional. Inilah sebabnya harganya agak mahal. Namun rasanya? Jangan ditanya.

Selain daerah penghasil yang sudah terkenal di atas, sebenarnya ada banyak daerah lain di Indonesia yang sedang menggalakkan produksi kopi. Terbukti muncul beberapa coffee specialty baru, seperti kopi Java Preanger, Solok, Dolok Sanggul, dan lain-lain

Comments

Popular Posts