Pantai Candidasa, Replika Pantai Kuta?



     
POTENSI wisata Pantai Candidasa, di kawasan Bali timur bagai tenggelam di bawah nama besar pantai di kawasan Bali selatan.  Sebab, jika bicara wisata pantai di Bali, pikiran wisatawan akan langsung tertuju pada Pantai Kuta – Legian - Jimbaran atau Pantai Nusa Dua yang telah kondang sebagai trade mark pantai wisata di Bali.
Padahal pesona pantai di klawasan Bali timur tak kalah dengan dua pantai yang disebutkan sebelumnya. Salah satunya adalah Pantai Candidasa yang berlokasi di desa Candi Dasa, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, sekitar 80 km dari Denpasar. Pantai Candidasa sering disebut sebagai replikanya Pantai Kuta karena sama-sama memiliki pasir putih.
Namun, kondisi Pantai Candi Dasa kini tidak sebagus pantai-pantai lain di Bali karena sebagian tergerus abrasi oleh ganasnya ombak. Namun kawasan Candi Dasa memiliki pemandangan alam yang lengkap, perpaduan gunung dan laut – nyegara gunung yang sangat menawan.
Di lain pihak,  pengunjung dapat menikmati fenomena sunset dan sunrise sekaligus. Dan, pesona alam menjelang matahari tenggelam di kawasan wisata ini tidak kalah menarik dengan Pantai Kuta. Bahkan terlihat lebih menarik karena pada saat sunset, matahari akan terlihat lebih bulat yang terbenam di antara bukit dan laut sekitar Candi Dasa.
Ketika matahari benar-benar telah terbenam, masih memancarkan terlihat warna kemerahan di langit. Pada pagi hari, pemandangan matahari terbit tidak akan terlihat langsung di Candi Dasa karena tertutup beberapa bukit yang berada di sebelah timur kawasan wisata ini. Untuk dapat menikmati sunrise sebaiknya berjalan menuju ke arah Tanjung Iri, yang masih termasuk kawasan wisata Candi Dasa yang berada di sebelah timur.

Asal-usul
Selain itu Candi Dasa juga memiliki beberapa gugusan daratan kecil yang khas di lepas pantai yang jaraknya sekitar 200 meter dari bibir pantai. Daratan-daratan tersebut diberi nama Gili Biaha dan Gili Mempang, yang satu sama lain berjarak sekitar 100 meter dan bentuknya seperti tebing yang bertemu langsung dengan laut.
Daratan yang paling besar, Gili Biaha yang luasnya sekitar 3 are dan menjadi tempat yang cocok untuk kegiatan snorkeling karena memiliki pemandangan bawah laut yang sangat menawan. Obyek  lain yang dapat dinikmati adalah Lotus Lagoon yaitu berupa danau buatan yang berada di tengah-tengah areal wisata Candi Dasa, tak jauh dari  pantai.
 Danau seluas 50 meter persegi  di tengahnya terdapat ‘daratan’ kecil yang ditumbuhi beberapa pohon ketapang dan beringin serta 4 buah patung kecil yang mengelilinginya. Lokasi ini sangat kondang sebagai land mark daerah wisata Candidasa dan merupakan lokasi favorit para pengunjung untuk berfoto.
Tapi, pesona kawasan Pantai Candidasa kian terancam setelah nyaris semua areal pantainya amblas tergerus abrasi yang ganas. Beruntunglah instansi terkait telah melakukan penyelamatan dengan melakukan cribisasi di sejumlah titik lokasi. Namun, jejak replika Kuta kian buram. Wisatawan pun tak seramai dulu, ketika sampai akhir tahun 1990-an, Candi Dasa disebut-sebut sebagai salah satu alternatif wisata bahari di Bali.
Sebelumnya kawasan pantai tak jauh dari Desa Tenganan tersebut  bernama Teluk Kehen. Namun dalam perkembangannya seiring ditetapkannya menjadi sentra pengembangan obyek wisata, maka kawasan wisata itu lebih dikenal sebagai Candidasa sesuai dengan nama pura yang ada di wilayah itu.
Candidasa merupakan salah satu kawasan pariwisata yang dikembangkan mulai tahun 1983.  Tidak ada catatan pasti tentang latar belakang nama Candidasa. Namun, selama ini ada yang menganggap pemilihan nama ini berhubungan dengan cerita “lingga” di bagian dalam candi yang terletak pada perbukitan Candidasa. Naskah kuno menyebutkan bahwa Pura Candidasa dibangun pada abad ke-12 dan “lingga” yang terdapat di dalam candi yang dipercaya sebagai simbol Dewa Siwa.
Cerita lain mengatakan bahwa  mitos tentang keberadaan Pura Candidasa yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat setempat adalah Arca Dewi Hariti yang terletak pada sebuah relung di bagian bawah tebing bukit. Dikisahkan, Dewi Hariti pada mulanya adalah seorang yang gemar memakan daging anak-anak. Namun setelah mendapat pencerahan ajaran Agama Budha, Sang Dewi kemudian bertobat dan berbalik menjadi pelindung dan penyayang anak-anak.
Arca Dewi Hariti selanjutnya dipahatkan bersama 10 orang anak-anak yang mengerubutinya, sebagai ciri pelindung, penyayang, dan juga sebagai perlambang kesuburan dan kemakmuran. Masyarakat setempat meyakini bahwa Dewi Hariti berarti ibu beranak banyak yang dapat memberikan anugerah kesuburan dan kemakmuran.
Maka, tempat ini sampai sekarang banyak didatangi pasangan suami-isteri yang belum dikaruniai keturunan untuk memohon doa agar dapat keturunan dengan membawa sesajen yang dipersembahkan kepada Dewi Hariti.




Murah Meriah

SALAH satu daya tarik kawasan wisata Candidasa, sewa atau tarif hotel relatif lebih murah dari kawasan Kuta, Sanur atau Ubud. Padahal fasilitas yang ditawarkan tak jauh dengan kawasan wisata yang lebih ramai. Pada umumnya hotel-hotel di Candi Dasa adalah hotel berkelas melati namun ada juga beberapa hotel berbintang.
Karena harga penginapan relatif murah, sebagian besar wisatawan yang berkunjung memilih tinggal lebih lama (long stay). Dengan waktu menetap yang lebih lama, kawasan wisata ini menjadi tempat yang strategis dan dekat dengan beberapa obyek wisata lain kabupaten Karangasem seperti Tirta Gangga, Taman Ujung, Tulamben, Amed, Tenganan, dan bisa juga menyeberang ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan.
Selain itu di kawasan ini banyak ditemukan pula warung-warung kecil yang menyediakan makanan dan minuman ringan bagi mereka yang ingin sekadar beristirahat, ngopi atau  menikmati makan ringan di tepi pantai, setelah menempuh perjalanan jauh.
“Meski tidak ramai, tapi ada saja yang datang kesini sekedar ngopi,” ujar seorang pedagang yang ada di kawasan Candidasa. Harga-harga yang relatif murah, tak heran jika Candidasa menawarkan hiburan murah meriah…

Comments

Popular Posts