Taman Budaya (Art Centre) Denpasar, Miniatur Seni Budaya Bali



BERBICARA tentang kesenian, Bali bisa dibilang gudangnya. Mulai dari seni lukis, memahat, kerajinan hingga tari, tabuh dan drama, semuanya dapat ditemui di hampir tiap pelosok pulau yang juga berjuluk Pulau Seribu Pura ini. Kesenian juga merupakan bagian yang tak bisa lepas kebudayaan yang telah turun-temurun berjalan, suatu hal yang juga menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung dan menjelajahi Bali.
------

Pelestarian dan pengembangan kesenian, dua hal tersebut menjadi penting bagi sebuah daerah yang begitu kaya dengan beragam aktivitas seni seperti di Bali. Hal tersebut pulalah yang mendasari berdirinya Taman Budaya Denpasar atau yang juga memiliki nama lain yakni Taman Werdhi Budaya. Sesuai namanya, kawasan yang lebih ‘beken’ dengan sebutan Art Centre ini diharapkan mampu menjadi pusat seni, ‘rumah’ dari para seniman, serta sebagai tempat yang tepat untuk melihat berbagai jenis kesenian yang hidup dan berkembang di Bali.

Tanah Pribadi
Berdiri di atas lahan lebih dari 5 hektar, kawasan ini awalnya merupakan sebuah Proyek Pengembangan Pusat Kesenian Bali di Denpasar yang dibentuk pada tahun 1969. Tujuannya adalah untuk melestarikan kekayaan seni budaya daerah Bali, agar nantinya mampu tetap eksis dan bisa diwariskan kepada para generasi penerus. Proyek ini merupakan gagasan dari almarhum Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, budayawan yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Bali.

Gagasan tersebut berkembang dan direalisasikan dengan membangun suatu lokasi kawasan seni yang diharapkan dapat  merangsang kreativitas seni dari para seniman di Bali untuk tetap menjaga, melestarikan dan mendukung dinamika perkembangan budaya. Selain itu, kawasan ini juga bisa tetap berkiprah serta mempertahankan jati diri di tengah-tengah derasnya pengaruh global yang dibawa oleh wisatawan yang datang dan berkunjung ke Bali.

Untuk rencana itu semua, Prof. IB Mantra mengorbankan tanah milik pribadinya untuk dijadikan sebagai tempat pusat kesenian yang kita kenal dengan Art Centre Bali saat ini dengan rancangan seorang arsitektur terkemuka Bali yakni Ida Bagus Tugur. Areal Art Centre ini terletak di lokasi yang sangat strategis, dekat dengan jantung Kota Denpasar, tepatnya di Jalan Nusa Indah, Kesiman, Denpasar.

Arsitektur Bali
Sebagaimana diketahui, Taman Budaya secara fisik adalah sebuah kompleks bangunan serta taman yang luas dengan gaya arsitektur tradisional Bali yang kental pada bangunan-bangunannya, baik amphitheater dan ruang pertunjukan tertutup maupun bangunan pendukung lainnya. Secara garis besar, arsitekturnya melambangan cerita Pemutaran Gunung Mandara Giri di lautan susu dimana memercik amerta air suci untuk kehidupan abadi sesuai dengan sifat budaya yang dinamis dan terus hidup sepanjang masa.

Menambah keasrian Art Centre ini, terdapat pula sebuah sungai yang membelah kawasan ini. Dihiasi pula oleh pepohonan asri serta kolam yang ditumbuhi teratai. Bangunan-bangunan yang ada di Art Centre bisa dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain kompleks bangunan suci meliputi: Pura Taman Beji, Bale Selonding dan Bale Pepaosan. Lalu, terdapat kompleks bangunan untuk pameran yang meliputi Gedung Pameran Mahudara, Gedung Kriya, Studio Patung, Wisma Seni dan Wantilan.

Selanjutnya adalah kompleks bangunan untuk pertunjukan yang meliputi Panggung Terbuka Ardha Candra dan Panggung Tertutup Ksirarnawa -- keduanya berada di selatan sungai). Ardha Candra sendiri mampu menampung hingga 6.000 orang penonton dan kerap kali digunakan untuk mementaskan pertunjukan yang mengundang massa dalam jumlah besar, seperti pertunjukan musik atau drama gong pada masa jayanya dahulu.

Sementara itu panggung tertutup Ksirarnawa mampu menampung hingga 800 penonton. Juga terdapat beberapa tempat pertunjukan untuk skala yang lebih kecil seperti Kalangan Ayodya dan Ratna Kanda yang biasanya mementaskan pertunjukan seperti Calonarang, Topeng Prembon, wayang, arja dan jenis kesenian lainnya.

Tuan Rumah PKB
Art Centre setiap tahunnya secara rutin merupakan tuan rumah dari Pesta Kesenian Bali (Bali Art Festival) atau yang disingkat PKB. Ajang ini diselenggarakan sebulan penuh setiap tahun diwarnai dengan hiburan tari-tarian tradisional, pameran kerajinan dan aktivitas seni dan budaya lainnya. Dalam event ini juga ada kegiatan-kegiatan komersial. Pada acara pembukaan diramaikan dengan parade seni.

Parade seni ini diikuti oleh seluruh kabupaten dan kota di Bali dengan mengirim duta kesenian mereka. Bahkan sering diikuti oleh provinsi-provinsi lain di Indonesia dan terkadang juga terdapat peserta dari luar negeri seperti Jepang dan Korea. Parade seni ini ditampilkan dalam berbagai bentuk yakni dari yang sifatnya sakral, tradisional sampai yang kontemporer. Juga jenis pakaian-pakaian pengantin dan pakaian adat dari masing-masing daerah, instrumen musik dan atau gamelan, bentuk-bentuk sesajen dan lainnya.

PKB saat digelar pertama kali pada tahun 1979, berlangsung sekitar 2 bulan, dari 20 Juni 1979 sampai 23 Agustus 1979, dan setiap tahunnya menjadi kesempatan bagi para seniman untuk menampilkan karya-karya seni terbaiknya. Dalam perkembangannya, juga diadakan sejumlah pertunjukan yang melibatkan anak-anak hingga remaja sebagai sebuah upaya pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya masyarakat. Selain itu, misi pelestarian seni budaya juga menjadi sebuah agenda khusus dengan menampilkan kesenian-kesenian klasik yang sudah hampir punah dan terpendam di masyarakat.

Hidupkan Lagi
Belakangan ini, pihak pengelola Taman Budaya Denpasar ini sedang giat melakukan dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali geliat seni di kawaasan tersebut. “Yang sudah berjalan sekarang adalah kursus tari dan tabuh yang kami gratiskan, kami sediakan tempat dan pelatihnya. Sambutannya cukup baik terutama dari kalangan pelajar. Kegiatan lain sudah kami susun, tinggal direalisasikan saja,” jelas Kepala UPT Taman Budaya Denpasar, Drs. I Ketut Mantara Gandi, M.Si.


Ia juga berharap nantinya, setiap hari area Taman Budaya akan diisi dengan kegiatan berkesenian sesuai dengan tujuan pendiriannya dahulu. “Kami terbuka dengan kalangan seniman atau siapa saja, yang penting punya niat bersama mengembangkan Taman Budaya ini,” ujarnya.

Comments

Popular Posts