Museum Gunungapi Batur (bagian 1)



MUSEUM memiliki arti penting yang tak bisa dipandang sebelah mata. Museum menyimpan berbagai benda bernilai dalam nilai sejarah maupun nilai seni. Dalam perkembangannya, museum juga disebut sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, museum juga dapat menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat yang tentu saja sarat dengan muatan edukatif.

-----

Di Bali, museum ternyata tak melulu berisi benda-benda seni seperti identik dengan Pulau Dewata selama ini. Beberapa museum memiliki konten yang berbeda yang tak kalah menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi. Salah satunya adalah Museum Gunungapi Batur yang terletak di kawasan wisata Kintamani, Kabupaten Bangli, berjarak sekitar 60 kilometer dari Denpasar.
           
Sesuai namanya, Museum Gunungapi Batur (MGB) menyimpan aneka benda yang berkaitan dengan gunung berapi. Museum ini merupakan museum gunungapi pertama di Indonesia, negara yang bisa dibilang sangat lekat dengan gunung api, melihat latar belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah gunung berapi yang cukup banyak yakni sekitar 500 -- 129 di antaranya dikategorikan sebagai gunung api aktif.

Lokasinya pun yang terbentang luas di kawasan nusantara dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Halmahera hingga Sulawesi. Museum yang letaknya berdampingan dengan kawasan obyek wisata Kaldera Gunung Batur ini juga diharapkan menjadi embrio pusat pengembangan ilmu kegunungapian, dan menjadi pusat pengembangan potensi wisata alam yang berbasis edukatif dan rekreasi.

Tentang Mitologi
Memasuki lobi museum, kita akan disajikan dengan beberapa lukisan grafis yang salah staunya bercerita tentang mitologi Sang Hyang Bedawang Nala. Sanghyang  Bedawang Nala diperintahkan oleh Hyang Pasupati untuk memindahkan sebagian puncak Gunung Semeru ke Bali agar tidak goyah. Kemudian setelah tiba di Bali, bagian puncak Gunung Semeru yang dibawa dengan tangan kanan  menjadi Gunung Agung, sedangkan yang dibawa dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur.

Lalu, dapat dilihat pula diorama dari Gunung Batur yang tercatat sebagai salah satu gunung api aktif. Diorama ini merupakan miniatur dari Gunung Batur dan Danau Batur dengan bentuk segi enam dengan ukuran 2,5 X 2 meter dilengkapi dengan 4 buah tombol yang nantinya pengunjung dapat menekan sendiri sesuai dengan tahun yang diinginkan sesuai dengan tahun melerusnya gunung ini. Melalui keempat tombol ini masing-masing menggambarkan letuhan pada masa prasejarah, tahun 1888, 1921 dan 1926 pengunjung dapat menyaksikan letusan Gunung Batur berikut arah aliran lavanya sesuai dengan keadaan pada tahun yang dipilih.

Beberapa komputer yang tersedia di sekitar maket juga menyediakan informasi sejarah evolusi Gunung Batur mulai dari zaman purba atau prasejarah hingga menjadi kaldera yang terlihat kini. Gunung Batur Purba disebutkan bertinggi 3.000 m di atas permukaan laut. Jadi, dapat dibayangkan betapa tinggi dan besarnya Gunung Batur Purba tersebut melihat ukurannya kini ‘hanya’ 1.717 m. Sejarah juga mencatat bahwa kawasan Penelokan yang sekarang dulunya merupakan kaki Gunung Batur.

Jenis Batuan
Selanjutnya pada 29.300 tahun yang lalu, terjadi letusan dahsyat yang menghancurkan sebagian dari puncak Gunung Batur Purba. Hancurnya sebagian puncak itu membentuk kaldera I dengan diameter 13 km x 8 km dan setelah letusan tersebut, aktivitas Vulkanisme Gunung Batur masih terus berlangsung. Pada 20.150 tahun lalu terjadi letusan yang membentuk kaldera II dengan diameter 7 km. Fenomena alam Gunung Batur Purba berhenti setelah letusan besar pada 5.500 tahun lalu. Vulkanisme ini membentuk tiga kerucut Gunung Batur yang sekarang. Letusan gunung ini menghasilkan hujan yang lama, dan karena adanya cekungan di kaldera, air hujan ini tertampung dan terbentuklah Danau Batur.

Pada panel, pengunjung juga bisa mengetahui informasi letusan Gunung Batur yang tercatat mengalami 26 kali letusan yaitu dimulai dari tahun 1804 sampai yang terakhir tahun 2000. Letusan terakhir terjadi pada 7 Juli 2000, terjadi 3 kali letusan. Pusat letusan dari kawah 1999. Tinggi asap mencapai maksimum 300 m di atas bibir kawah, condong ke arah barat laut. Asap letusan berwarna abu-abu kehitaman dengan material letusan seperti pasir, lapili, dan bongkah yang mengendap dengan radius kurang lebih 100 m dari pusat letusan

Comments

Popular Posts